Friday 29 April 2016

Perjalanan panjang.

Jika membelok kepantai menenangkan, aku relakan. Bayu..bayu seakan taupan yang menampar mukaku; perlahan. Seakan melihat diriba punya bulan, seakan jasadku mati diapaapakan. Inikah bentuk peninggalan yang sering diberitakan. Langsung dikamus tertimbus disudut awan yang mengharap perjalanan berakhir tragedi menghampakan, meniup seruling perasaan. Gementar ditangan dijiwa jangan. Pasir pasir ini menelan. Seperti aku; akan hidup selamanya menacap nacap fikiran. Tentang kealpaan, persis pembunuh upahan; yang sering muncul lewat sore itu; Sungguh aku mangsa keadaan! Berteriak teriak tentang kita di bukit kejatuhan. Berbahasa bisu di keramaian; menopeng gerakan anti prinsipal; yang membutuhkan toleran. Dan bagaimana dengan rasa rasa ini, kawan? Datang tanpa soalan pulang tanpa jawapan. Tidak enak untuk berputus asa dengan harapan. Juga tidak enak berjalan tanpa teman bukan? Relevankah alasan? Lantas berdirilah aku. Pergi meninggalkan. Jejak yang tawar. Seperti yang telah engkau pohonkan. Agar aku dapat bebas dikemudian hari. Tanpa prejudis pada diri dan Kau; Tuhan.

No comments:

Post a Comment